![]() |
“
Wow !! Sudah 4 tahun aku tidak datang ke sini. Tempat ini semakin indah saja.
Ayo, Max kita ke sana “ Seorang gadis menarik tangan lelaki bernama Max dengan
paksa menuju ke sebuah tempat yang paling memacu adrenalin. Ya, apalagi kalau
bukan Roller Coaster. Tak kurang dari 10 menit mereka keluar dari wahana
tersebut usai menaikinya.
“
Tidak sia-sia kita menghabiskan liburan semester kita di sini, Max “ ujar gadis
itu ceria. Max hanya tersenyum menanggapi sambil memegang dadanya, terasa detak
jantungnya bergerak semakin cepat sekarang entah akibat Roller Coaster tadi
atau hal yang lain, hanya Max yang tahu.
“
Kau tidak apa-apa kan, Max? Apa kau ingin muntah? “ Tanya gadis itu khawatir.
Max hanya menggelengkan kepala dan mengajak meneruskan wahana yang lain untuk
di coba.
“ Selama itu membuatmu senang. Aku
tidak apa-apa, Lee “ batin Max melihat gadis di hadapannya
berlari menjauh darinya. Tanpa pikir panjang, Max ikut berlari mengejar gadis
itu dengan senyum masih tersungging di bibirnya.
****
“
Aduh, banyak sekali pengunjungnya di sini. Antriannya masih panjang lagi.. “ Lee menggerutu tampak kelelahan karena sudah mengantri
lama untuk sebuah wahana yang mampu menjungkirbalikkan mereka di udara. Max
lalu menatap gadis yang menoleh ke belakangnya ini kasihan.
“
Yaiyalah. Hari ini kan hari libur. Kau tidak kuat menunggu lebih lama lagi,
Lee? “ Mendengar jawaban dari Max, Lee hanya mengangguk-angguk dan menjadikan
tangannya sebagai kipas. Tanda udara siang semakin panas saja.
“
Apa kita tidak pergi dan beli ice cream saja, Max. Di sini panas sekali. Ayo !!
“ ajak Lee yang tidak kuat menahan panas lalu kembali menarik tangan Max menuju
ke sebuah tempat penjual ice cream yang berada tidak jauh dari wahana itu.
Setelah
keduanya membeli ice cream, mereka pun duduk di atas bangku di bawah pohon
besar yang cukup rindang. Semilir angin semakin menambah kesejukan keadaan
mereka. Lumayan untuk mengusir rasa jenuh yang sempat menghampiri kedua insan manusia tersebut. Ketika sedang asyik
menikmati, suara dering ponsel terdengar. Max mengambil ponsel dari saku
celananya. Lalu alisnya terlihat berkerut ketika dia memandang sebuah tulisan yang muncul di layar
ponselnya. Kemudian ia beranjak bangkit dan menjauh dari Leena. Dia terlihat bercakap-cakap
serius sebentar. Lalu kembali duduk di samping Leena.
“
Ada apa, Max? Apakah ada sesuatu yang penting? “ Tanya gadis itu penasaran. Max
menatapnya sebentar dan menganggukkan kepalanya lemah.
“
Maafkan aku, Lee. Sepertinya kita harus pulang… “ sebelum Max menyelesaikan
ucapannya, tiba-tiba ponsel Lee berdering dan ia bercakap-cakap sebentar. Tak
lama kemudian ia menutup ponselnya lalu menatap Max lagi.
“
Ya, sepertinya aku harus pulang juga, Max. Oh ya, kakakku baru tiba dari Korea
dan ia akan menjemputku di sini. Jadi kau pergi duluan saja. Aku akan baik-baik
saja di sini. Jangan khawatir. “ Mendengar penuturan dari Leena dengan berat hati Max
meninggalkan Leena yang menunggu jemputan dari kakaknya setelah memastikan
Leena untuk segera pulang saja. Max berlari keluar dari taman hiburan dan
dengan cepat ia mengendarai sepeda motornya. Ada perubahan rencana. Ya, dia dan
rekannya sesama agen MII (Metacenter of Intelligence and Investigation) telah menemukan buronan Kitamura Cs lebih cepat. Identitasnya diketahui
ketika mereka melewati perbatasan antar negara meskipun mereka menggunakan
paspor palsu dengan sedikit perubahan bentuk di wajahnya. Dan ternyata mereka
akan melakukan transaksi di sebuah tempat wisata dekat pelabuhan.
“ Maaf aku terlambat. Apa mereka sudah datang? Kau yakin
tidak salah orang, kan? “ Tanya Max kepada rekannya di dalam mobil sambil
mengawasi pergerakan Kitamura yang akan keluar dari hotel tempat penginapannya.
Mobil rekan Max ini berada di seberang jalan agak jauh dari hotel tersebut akan
tetapi keduanya masih sanggup mengawasi dari jarak ini.
“ Kau meragukanku, Max? Percayalah, aku juga sudah
geregetan dengan mereka. Aku sudah menyebarkan anggota kita di mana-mana. Hey,
lihat dia sudah keluar. Aku sudah tidak sabar lagi. Ayo kita mulai permainan
ini, Max !! “ Tanpa banyak bicara, rekan Max langsung menyalakan mobil dan
mengikuti mereka cepat dari belakang. Max melihat ada kurang lebih 4 orang di
mobil itu termasuk sopirnya. Jarak mereka semakin jauh dari jangkauan mobil
yang dikendarai Max dan rekannya karena keduanya sempat terjebak di traffic
light selama satu menit. Melihat keadaan ini Sam mempercepat laju mobil dan speedometer
menunjukkan angka130 km/jam.
“ Sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaan kita, Sam
“ celetuk Max tiba-tiba melihat seseorang sempat mengeluarkan kaca dan
memantulkan sinar matahari ke arah mobil Sam. Hal ini sempat menyilaukan
pandangan Sam yang sedang mengemudikan mobil sehingga mobil Sam sempat menabrak
sebuah taxi dan badan mobilnya sedikit tergores. Akan tetapi, Sam cepat
mengendalikan mobilnya dan mengurangi sedikit kecepatan mobilnya.
“ Ya, aku tahu itu. Bersiaplah Max sepertinya mereka
mengajak kita balapan. “ Sam lalu mempercepat laju mobilnya melihat laju mobil Kitamura
yang juga semakin cepat.
Mereka
meliwati jalanan kota California yang ramai siang ini dengan gesit. Keduanya
saling meliuk-liuk dan beradu kecepatan. Tak lama kemudian mobil Kitamura memasuki
jalanan sempit dan itu bukanlah jalan menuju tempat wisata seperti yang telah mereka
perkirakan.
“
Sial. Mereka menuju ke pelabuhan bukan ke tempat itu… “ Max menggerutu sambil
memukul dashbor mobil. Sam masih menancapkan gas dan memasuki jalanan kecil yang
cukup dilalui oleh mobil tersebut.
Kemudian
dari mobil Kitamura, seseorang melongokkan kepalanya dan mulai menembaki mobil
yang dikendarai Sam dan Max. Dengan cepat mobil Sam menghindar. Lalu tanpa
menunggu lama, Max juga membalas tembakan dari dalam mobil dan tepat mengenai
ban mobil di depannya. Baku tembak semakin tak terhindarkan. Beberapa tembakan
mengenai kaca mobil Sam dan badan mobil yang lain begitu pun halnya dengan
mobil Kitamura yang terlihat banyak goresan peluru di badan mobil dan kaca
belakangnya yang menjadi retak. Tak kurang dari 10 menit mereka keluar dari jalan
sempit dan kemudian sebuah jalan agak besar terbentang di depan mata meskipun
hanya mempunyai satu jalur. Max memakai pistol Sam dan balas menembaki kembali
mobil di depannya. Peluru Max tepat
mengenai ban kiri mobil depannya dan itu membuat mobil mereka selip. Sayangnya,
mereka telah tiba di pelabuhan. Dengan terpaksa Kitamura menghentikan mobil di
sana lalu keluar bersama kawanannya seraya terus menembaki mobil Max. Tanpa
pikir panjang, Sam memarkir mobilnya asal dan keduanya keluar dari mobil lalu
berlari mengejar mereka. Dengan cepat Max memberitahu lokasi mereka sambil
terus berlari. Tiba-tiba Sam berhenti dan bersembunyi di balik tumpukan
container.
“
Ada apa tiba-tiba kau berhenti, Sam? “ Tanpa banyak bicara, Sam menunjuk ke
arah tumpukan kontainer berwarna merah di seberang. Tampak beberapa orang
berjas hitam yang membawa senjata sedang berjaga-jaga di sana. Ada sekitar 4
orang berjaga di atas container sedangkan yang lainnya di ujung jalan juga
terlihat siaga di tempat kurang lebih mereka berjumlah 5 orang.
“ Apa kita harus menunggu bantuan dulu ? Kita kalah
jumlah, Max “ Tanya Sam putus asa. Max berpikir keras. Bantuan dari kepolisian
datang 10 menit lagi dan keduanya tidak bisa menunggu selama itu. Max dan Sam
berpikir bagaimana caranya harus menahan mereka sebelum bantuan dari polisi
datang agar mereka semua tidak pergi melarikan diri lagi.
“ Dan sepertinya transaksi akan dilakukan di kantor di
ujung sana, Sam. Bisakah kita tetap lanjut ke sana sekarang? “ Sam mengangguk
mantap karena ia yakin kemampuannya dipertaruhkan di tempat ini dan Max tahu
kalau Sam termasuk snipper jitu di kelompoknya.
“ Kau siap? Aku hitung mundur. Tiga..dua..satu.. sekarang
“ Kedua agen MII itu dengan beraninya melangkahkan kaki maju menghadapi mereka
dengan peralatan canggih yang mereka bawa seadanya dan Sam mulai menembaki 4
penjaga di atas kontainer tepat mengenai sasaran sedangkan Max juga tepat
menembaki 5 penjaga di depan mereka disusul kemudian muncul kawanan mereka yang
lain.
****
Sementara itu, di Taman Hiburan. Lee sedang menunggu
jemputan dari kakaknya. Tiba-tiba seseorang berpakaian jas hitam rapi tampak
berjalan mendekati Lee.
“ Apakah anda bernama Nona Lee? “ Tanya orang itu di
depan Leena. Gadis bernama Leena itu hanya mengangguk menanggapi dan mulai bertanya
penasaran.
“ Ya. Lalu siapa kau? Aku tidak mengenalmu dan apa yang
sedang kau lakukan di tempat seperti ini? “
“ Tidak apa-apa. Aku teman kakakmu. Dia kelelahan sekali
setelah perjalanannya. Jadi tidak bisa menjemputmu dan ia yang memintaku untuk
menjemputmu. Boleh? “ Orang itu menjelaskan dengan sopan. Leena manggut-manggut
mengerti walaupun ia merasa ada yang janggal karena Leena berpikir kakaknya
tidak biasanya memiliki teman serapi dan sesopan orang di hadapannya sekarang.
Tapi pada akhirnya dia pergi bersama orang itu.
****
Max
dan Sam terus maju dan menembaki musuhnya satu-persatu dari arah atas dan depan
sambil sesekali berkelahi dengan mereka. Keduanya terus maju hingga sampai di
dekat dermaga tak kurang dari 10 menit. Ketika pertempuran berlangsung seru,
tiba-tiba seseorang berteriak menghentikan pertempuran. Dari sebuah ruangan
dekat dermaga, muncullah seseorang yang keluar sambil menarik paksa seorang
wanita. Awalnya tak terlihat begitu jelas siapa wanita itu karena Max dan Sam
masih berada di seberang dermaga dan wanita itu tak mau memperlihatkan
wajahnya. Tapi seseorang mengangkat wajahnya dengan paksa sehingga terlihat
dengan jelas siapa sosok wanita itu. Max tertegun sejenak.
“
Apa kau mengenalnya, Max? Sungguh Dewi Fortuna sedang tidak memihak kita jika
kau mengenal wanita itu “ ujar Sam berargumen mencoba memahami situasi yang
ada. Max tampak tak bergerak menanggapinya. Ia terdiam sejenak entah ia
mendengar apa yang dikatakan oleh Sam barusan atau tidak. Lalu tak kurang dari
1 menit, Max mulai sadar dan ia pun tiba-tiba berujar.
“
Ya, Dewi Fortuna sedang tidak memihak kita. Aku mengenal wanita itu, Sam.
Maafkan aku telah mengacaukan segalanya “ Max mengucapkannya tanpa berekspresi.
Datar. Lalu seseorang di seberang berujar dengan suara yang lantang sehingga
Max dan Sam dapat mendengar dengan jelas.
“ Jadi kau Si Maximum itu, ya. Hahahaaha… lucu
sekali namamu. Jadi apanya yang Maximum? Kau tidak terlihat gendut tapi… aku
tidak tahu lagi jika kau sudah sedot lemak, Maximum. Hahahahaa…. ” Setelah
lelaki bertubuh tambun itu puas tertawa meledak-ledak. Ia berceramah lagi. Kali
ini raut wajah pria itu tampak serius tanpa senyum tersungging di bibirnya.
“
Apa kau datang ingin menangkapku bersama temanmu itu, Hah? Apa kau bercanda?
Kau sedang berada di kandang macan, Max. Apa kau menyadari itu? “ Pria itu
berbicara sambil sesekali menghisap sesuatu berasap di mulutnya. Max memang
menyadari jika dirinya dan Sam tidak mungkin menangkap mereka semua hanya
berdua. Tapi mereka berdua harus bisa menahan semua orang-orang itu tetap
berada di tempat ini bagaimanapun caranya sampai rekan dari kepolisian datang.
“
Aku tahu dan aku tidak sebodoh itu masuk ke kandang macan begitu saja. Dasar
bodoh!! “ ujar Max mencoba menggertak
dan ia berhasil membuat orang yang ditatapnya sedikit emosi.
“
Cuih,, Berani juga kau menggertakku seperti itu!! lalu apa yang akan kau
lakukan di sini, hah? “ Lagi-lagi pria itu menghisap sesuatu berasap dengan
tangannya yang terlihat bergetar. Tapi kemudian kali ini dia menarik wanita itu
ke hadapannya lalu mendudukkannya paksa.
“
Lalu apa yang akan kau lakukan dengan wanita ini? Kau mau berlagak sok pahlawan
di sini !! Coba saja kalau bisa. Sebelum kau melangkah maju aku sudah
meledakkan kepala wanita ini. Hahaha… hebat bukan? “ Pria itu tertawa meledak-ledak membuat Max
mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sam yang
melihatnya segera menepuk pundak Max lembut.
“
Sudah kuduga akan seperti ini jadinya. “ gumam Sam pelan. Ia mengacak-acak
rambutnya ikut frustasi.
“ Baiklah. Apa maumu sebenarnya, Kitamura? “ ucap Max
tiba-tiba membuat Sam terkejut dan segera menoleh ke arah rekannya.
“ Hahaha… akhirnya kau mengerti juga maksudku. Kau pasti
sudah tahu kalau kami akan melakukan transaksi barang termahal sedunia. Jadi kau
cukup tutup mulut atas semua yang telah kau lihat di sini lalu wanita ini akan
aku bebaskan. Bagaimana, Max? “ ujar Kitamura mengajak bernegosiasi lalu
menendang punggung wanita yang terikat di hadapannya hingga tersungkur.
Max berusaha
menahan amarahnya. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menatap tajam pria
bernama Kitamura setajam mata elang tanpa berkedip. Jika saja dirinya tidak
menahan amarahnya, dia pasti sudah melumat habis pria tambun itu dengan
tangannya sendiri. Lalu Max melihat jamnya sekilas dan tiba-tiba mengangkat
pistolnya yang kemudian diarahkan tepat ke kepala Kitamura yang berjarak
kira-kira 5 meter di hadapannya.
“ Ap-apa yang kau lakukan, Max? “ tanya Sam berusaha
untuk memahami situasinya.
“ Lihatlah jam tanganmu, Sam “ jawab Max pelan dan masih
menodongkan pistolnya mantap. Sam melihat jam tangannya dan sebuah senyum
terukir dari bibirnya. Kemudian Sam tiba-tiba mulai mengangkat pistolnya juga.
“ He-hey, ap-apa kau tidak mendengarkanku? Apa kau tidak peduli
dengan nasib wanita ini, hah? “ Tanya Kitamura gagap ketakutan. Ia membuat anak
buahnya siaga di tempat dengan senjatanya masing-masing.
Tak
kurang dari 2 menit, Max mendengar derap kaki para polisi mendekat. Lalu salah satu anak buah Kitamura yang
berjaga ditempat lain berlari tergesa-gesa mendatangi Kitamura. Kitamura
menoleh ke belakang dan melihat anak buahnya yang berlumuran darah lalu
akhirnya terjatuh sebelum sempat memberitahu Kitamura bahwa polisi sudah
mengepung mereka semua. Dengan cepat, sebuah mobil dari dermaga datang dan
menabrak Leena yang akan berdiri dan berhenti di hadapan Kitamura yang lalu
masuk ke dalam mobil itu cepat tanpa peduli dengan keadaan wanita bernama
Leena. Melihat kejadian itu, Max dan Sam yang tak sempat menghentikan mobil tersebut masih berlari dengan menembaki semua
anak buah yang juga terus menghujani mereka dengan peluru. Max masih terus
menembaki mobil itu hingga ban mobil menjadi berlubang terkena peluru dan
akhirnya selip lalu terjatuh ke laut. Kitamura yang tak sempat keluar dari
mobil pun ikut tenggelam bersama mobil itu. Para polisi yang berdatangan dari
segala arah segera bertindak cepat dan mengevakuasi lalu menyebar untuk mencari
mobil tersebut. Sam tidak ikut terjun ke laut bersama polisi lainnya tapi dia
memilih mengikuti sahabatnya yang kemudian mengantarkan wanita itu ke rumah
sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Sam menemani Max di depan
kamar operasi. Ya, wanita itu terkena gegar otak dan didiagnosa oleh dokter
akan mengalami amnesia agak lama jika dia tidak dibantu untuk mengembalikan
kembali ingatannya. Sam menepuk pundak Max pelan berharap dapat sedikit membantu rekannya yang sedang
tertunduk lesu.
“ Namanya Leena, Leena Clinton. Dia teman sekolahku
satu-satunya, Sam. Dia sangat baik padaku meskipun ia tahu kalau aku sedikit
aneh di kelas. Ditambah lagi kami mempunyai banyak kesamaan. Dia tinggal
sendiri di sini karena ia di suruh oleh kakeknya sedangkan aku tinggal di sini
sendiri karena pekerjaanku. Hmm,, Ini pertama kalinya aku mempercayai orang
lain seperti ini dan aku sendiri merasa sangat nyaman bersamanya “ Max
menjelaskan panjang lebar membuat Sam memahami sedikit demi sedikit kehidupan
rekannya selama ini.
“ Dan aku belum berbuat banyak untuknya, malah membuatnya
seperti ini. Sial, benar-benar tidak berguna !! “ Max menggebrak kursi di sampingnya memarahi
dirinya sendiri membuat orang lain di sana menatap aneh kepadanya.
“ Sudahlah Max. Jangan menyalahkan diri terus. Ini juga
tidak sepenuhnya kesalahanmu” ucap Sam berusaha bersikap bijak dan menenangkan
Max.
“ Sepertinya aku tidak akan membantu Lee untuk
mengembalikan ingatannya. Aku ingin dia memulai hidupnya yang baru seperti
dririnya dulu sebelum mengenalku. Karena aku tidak ingin dia mengingat kejadian
terburuk yang terjadi hari ini. Lalu aku akan menghilang dari kehidupannya
selamanya wa-walaupun rasanya nanti akan sulit bagiku, Sam “ lanjut Max seraya
menundukkan kepalanya dan menghembuskan napas panjang. Ia menahan cairan bening
yang sedang menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu, dirinya sendiri pasti tidak
akan pernah melupakan setiap detail kejadian terburuk yang telah mengorbankan
satu-satunya orang yang paling disayangnya selama masa sekolah menengahnya ini.
“ Lalu apa yang akan kau lakukan jika ingatannya pulih,
Max? “ Tanya Sam ingin tahu dan menatap rekan kerjanya.
“ Aku tidak tahu itu. Mungkin aku akan menerima apapun
yang akan dia lakukan padaku nanti. Bukannya lebih baik seperti itu, Sam? “ Max
meminta pendapat kepada Sam. Sam hanya tersenyum menanggapi dan masih menatap
Max kasihan. Ia terdiam agak lama kemudian. Lalu mengacak-acak rambut Max dan
mulai berbicara.
“ Ya. Jika aku berada di posisimu sekarang, mungkin aku
pun akan berpikir sepertimu, Max. Tapi kau harus tegar dan jika kau butuh teman
untuk sekedar ngobrol atau apalah aku akan siap untuk saat itu menemanimu “
jawab Sam mantap. Ya, meskipun begitu Sam tetap salut dan kagum dengan pemikiran anak yang berbeda 7
tahun dengannya ini karena mampu bersikap lebih bijak dari anak seusianya yang
lain.
****
Beberapa
hari kemudian, di pagi hari yang cerah. Semua tanaman di halaman gedung agen
mata-mata negeri Big Apple telah segar kembali dan kini dihiasi berbagai macam
kupu-kupu yang hinggap di setiap mahkota bunga sehingga membuat halaman itu
semakin indah dipandang mata. Hari ini adalah hari khusus nan spesial untuk
para agen karena akan diadakan sebuah acara pemberian penghargaan khusus bagi
para agen yang telah berjasa besar dalam menjalankan tugasnya, khususnya para
agen yang telah berjasa untuk peristiwa penangkapan Sang Buronan Internasional
bernama Kitamura beberapa hari yang lalu.
Para agen yang dipanggil di tempat khusus ini seharusnya
merasa senang dan bangga atas kerja kerasnya yang tak sia-sia saja sehingga
membuat anggota lainnya terpompa untuk bekerja lebih keras lagi. Tapi, tidak
demikian dengan Max. Justru ia merasa secepatnya ingin mengundurkan diri dari tugasnya
dan pulang ke negara asalnya, Inggris lebih tepatnya Kota London. Ia sangat
rindu kepada ibu yang sudah ditinggalkannya sejak 3 tahun silam demi menuntut
ilmu di negeri adikuasa itu.
Setelah
Max berpamitan dengan orang-orang atasan terutama Sam, pada hari itu juga secara
resmi dirinya keluar dengan terhormat sebagai bagian dari agen federal dan
pergi dari gedung yang telah memberinya banyak pelajaran selama di California.
Sebelum ia benar-benar pergi, Max membalikkan badannya kembali dan menatap
gedung yang menjulang ke langit itu dengan seksama untuk yang terakhir kalinya.
Ya, walaupun ia tentu merasa senang atas penghargaan ini, akan tetapi ia sadar
kalau dirinya tidak seharusnya merasakan kebahagiaan sementara orang lain
merasakan akibat buruk dari perbuatannya.
Oleh
karena itu mulai hari ini dan seterusnya, Max berjanji tidak akan menggeluti
pekerjaan ini atau yang sejenisnya lagi. Ia sudah cukup mengenal resiko yang
akan dihadapinya nanti. Bahkan lambat laun ia menjadi semakin membenci pekerjaan
yang ternyata juga telah digeluti oleh ayahnya sendiri.
Comments