California in My Past



“ Wow !! Sudah 4 tahun aku tidak datang ke sini. Tempat ini semakin indah saja. Ayo, Max kita ke sana “ Seorang gadis menarik tangan lelaki bernama Max dengan paksa menuju ke sebuah tempat yang paling memacu adrenalin. Ya, apalagi kalau bukan Roller Coaster. Tak kurang dari 10 menit mereka keluar dari wahana tersebut usai menaikinya.

“ Tidak sia-sia kita menghabiskan liburan semester kita di sini, Max “ ujar gadis itu ceria. Max hanya tersenyum menanggapi sambil memegang dadanya, terasa detak jantungnya bergerak semakin cepat sekarang entah akibat Roller Coaster tadi atau hal yang lain, hanya Max yang tahu.

“ Kau tidak apa-apa kan, Max? Apa kau ingin muntah? “ Tanya gadis itu khawatir. Max hanya menggelengkan kepala dan mengajak meneruskan wahana yang lain untuk di coba.

“ Selama itu membuatmu senang. Aku tidak apa-apa, Lee “ batin Max melihat gadis di hadapannya berlari menjauh darinya. Tanpa pikir panjang, Max ikut berlari mengejar gadis itu dengan senyum masih tersungging di bibirnya.

****

“ Aduh, banyak sekali pengunjungnya di sini. Antriannya masih panjang lagi.. “  Lee menggerutu tampak kelelahan karena sudah mengantri lama untuk sebuah wahana yang mampu menjungkirbalikkan mereka di udara. Max lalu menatap gadis yang menoleh ke belakangnya ini kasihan.

“ Yaiyalah. Hari ini kan hari libur. Kau tidak kuat menunggu lebih lama lagi, Lee? “ Mendengar jawaban dari Max, Lee hanya mengangguk-angguk dan menjadikan tangannya sebagai kipas. Tanda udara siang semakin panas saja.

“ Apa kita tidak pergi dan beli ice cream saja, Max. Di sini panas sekali. Ayo !! “ ajak Lee yang tidak kuat menahan panas lalu kembali menarik tangan Max menuju ke sebuah tempat penjual ice cream yang berada tidak jauh dari wahana itu.

Setelah keduanya membeli ice cream, mereka pun duduk di atas bangku di bawah pohon besar yang cukup rindang. Semilir angin semakin menambah kesejukan keadaan mereka. Lumayan untuk mengusir rasa jenuh yang sempat menghampiri kedua  insan manusia tersebut. Ketika sedang asyik menikmati, suara dering ponsel terdengar. Max mengambil ponsel dari saku celananya. Lalu alisnya terlihat berkerut ketika dia  memandang sebuah tulisan yang muncul di layar ponselnya. Kemudian ia beranjak bangkit dan menjauh dari Leena. Dia terlihat bercakap-cakap serius sebentar. Lalu kembali duduk di samping Leena.

“ Ada apa, Max? Apakah ada sesuatu yang penting? “ Tanya gadis itu penasaran. Max menatapnya sebentar dan menganggukkan kepalanya lemah.

“ Maafkan aku, Lee. Sepertinya kita harus pulang… “ sebelum Max menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba ponsel Lee berdering dan ia bercakap-cakap sebentar. Tak lama kemudian ia menutup ponselnya lalu menatap Max lagi.

“ Ya, sepertinya aku harus pulang juga, Max. Oh ya, kakakku baru tiba dari Korea dan ia akan menjemputku di sini. Jadi kau pergi duluan saja. Aku akan baik-baik saja di sini. Jangan khawatir. “ Mendengar  penuturan dari Leena dengan berat hati Max meninggalkan Leena yang menunggu jemputan dari kakaknya setelah memastikan Leena untuk segera pulang saja. Max berlari keluar dari taman hiburan dan dengan cepat ia mengendarai sepeda motornya. Ada perubahan rencana. Ya, dia dan rekannya sesama agen MII (Metacenter of Intelligence and Investigation) telah menemukan buronan Kitamura Cs lebih cepat. Identitasnya diketahui ketika mereka melewati perbatasan antar negara meskipun mereka menggunakan paspor palsu dengan sedikit perubahan bentuk di wajahnya. Dan ternyata mereka akan melakukan transaksi di sebuah tempat wisata dekat pelabuhan.
“ Maaf aku terlambat. Apa mereka sudah datang? Kau yakin tidak salah orang, kan? “ Tanya Max kepada rekannya di dalam mobil sambil mengawasi pergerakan Kitamura yang akan keluar dari hotel tempat penginapannya. Mobil rekan Max ini berada di seberang jalan agak jauh dari hotel tersebut akan tetapi keduanya masih sanggup mengawasi dari jarak ini.

“ Kau meragukanku, Max? Percayalah, aku juga sudah geregetan dengan mereka. Aku sudah menyebarkan anggota kita di mana-mana. Hey, lihat dia sudah keluar. Aku sudah tidak sabar lagi. Ayo kita mulai permainan ini, Max !! “ Tanpa banyak bicara, rekan Max langsung menyalakan mobil dan mengikuti mereka cepat dari belakang. Max melihat ada kurang lebih 4 orang di mobil itu termasuk sopirnya. Jarak mereka semakin jauh dari jangkauan mobil yang dikendarai Max dan rekannya karena keduanya sempat terjebak di traffic light selama satu menit. Melihat keadaan ini Sam mempercepat laju mobil dan speedometer menunjukkan angka130 km/jam.

“ Sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaan kita, Sam “ celetuk Max tiba-tiba melihat seseorang sempat mengeluarkan kaca dan memantulkan sinar matahari ke arah mobil Sam. Hal ini sempat menyilaukan pandangan Sam yang sedang mengemudikan mobil sehingga mobil Sam sempat menabrak sebuah taxi dan badan mobilnya sedikit tergores. Akan tetapi, Sam cepat mengendalikan mobilnya dan mengurangi sedikit kecepatan mobilnya.

“ Ya, aku tahu itu. Bersiaplah Max sepertinya mereka mengajak kita balapan. “ Sam lalu  mempercepat laju mobilnya melihat laju mobil Kitamura yang juga semakin cepat.

Mereka meliwati jalanan kota California yang ramai siang ini dengan gesit. Keduanya saling meliuk-liuk dan beradu kecepatan. Tak lama kemudian mobil Kitamura memasuki jalanan sempit dan itu bukanlah jalan menuju tempat wisata seperti yang telah mereka perkirakan.

“ Sial. Mereka menuju ke pelabuhan bukan ke tempat itu… “ Max menggerutu sambil memukul dashbor mobil. Sam masih menancapkan gas dan memasuki jalanan kecil yang cukup dilalui oleh mobil tersebut.

Kemudian dari mobil Kitamura, seseorang melongokkan kepalanya dan mulai menembaki mobil yang dikendarai Sam dan Max. Dengan cepat mobil Sam menghindar. Lalu tanpa menunggu lama, Max juga membalas tembakan dari dalam mobil dan tepat mengenai ban mobil di depannya. Baku tembak semakin tak terhindarkan. Beberapa tembakan mengenai kaca mobil Sam dan badan mobil yang lain begitu pun halnya dengan mobil Kitamura yang terlihat banyak goresan peluru di badan mobil dan kaca belakangnya yang menjadi retak. Tak kurang dari 10 menit mereka keluar dari jalan sempit dan kemudian sebuah jalan agak besar terbentang di depan mata meskipun hanya mempunyai satu jalur. Max memakai pistol Sam dan balas menembaki kembali mobil di depannya.  Peluru Max tepat mengenai ban kiri mobil depannya dan itu membuat mobil mereka selip. Sayangnya, mereka telah tiba di pelabuhan. Dengan terpaksa Kitamura menghentikan mobil di sana lalu keluar bersama kawanannya seraya terus menembaki mobil Max. Tanpa pikir panjang, Sam memarkir mobilnya asal dan keduanya keluar dari mobil lalu berlari mengejar mereka. Dengan cepat Max memberitahu lokasi mereka sambil terus berlari. Tiba-tiba Sam berhenti dan bersembunyi di balik tumpukan container.

“ Ada apa tiba-tiba kau berhenti, Sam? “ Tanpa banyak bicara, Sam menunjuk ke arah tumpukan kontainer berwarna merah di seberang. Tampak beberapa orang berjas hitam yang membawa senjata sedang berjaga-jaga di sana. Ada sekitar 4 orang berjaga di atas container sedangkan yang lainnya di ujung jalan juga terlihat siaga di tempat kurang lebih mereka berjumlah 5 orang.

“ Apa kita harus menunggu bantuan dulu ? Kita kalah jumlah, Max “ Tanya Sam putus asa. Max berpikir keras. Bantuan dari kepolisian datang 10 menit lagi dan keduanya tidak bisa menunggu selama itu. Max dan Sam berpikir bagaimana caranya harus menahan mereka sebelum bantuan dari polisi datang agar mereka semua tidak pergi melarikan diri lagi.

“ Dan sepertinya transaksi akan dilakukan di kantor di ujung sana, Sam. Bisakah kita tetap lanjut ke sana sekarang? “ Sam mengangguk mantap karena ia yakin kemampuannya dipertaruhkan di tempat ini dan Max tahu kalau Sam termasuk snipper jitu di kelompoknya.

“ Kau siap? Aku hitung mundur. Tiga..dua..satu.. sekarang “ Kedua agen MII itu dengan beraninya melangkahkan kaki maju menghadapi mereka dengan peralatan canggih yang mereka bawa seadanya dan Sam mulai menembaki 4 penjaga di atas kontainer tepat mengenai sasaran sedangkan Max juga tepat menembaki 5 penjaga di depan mereka disusul kemudian muncul kawanan mereka yang lain.

****
Sementara itu, di Taman Hiburan. Lee sedang menunggu jemputan dari kakaknya. Tiba-tiba seseorang berpakaian jas hitam rapi tampak berjalan mendekati Lee.

“ Apakah anda bernama Nona Lee? “ Tanya orang itu di depan Leena. Gadis bernama Leena itu hanya mengangguk menanggapi dan mulai bertanya penasaran.

“ Ya. Lalu siapa kau? Aku tidak mengenalmu dan apa yang sedang kau lakukan di tempat seperti ini? “

“ Tidak apa-apa. Aku teman kakakmu. Dia kelelahan sekali setelah perjalanannya. Jadi tidak bisa menjemputmu dan ia yang memintaku untuk menjemputmu. Boleh? “ Orang itu menjelaskan dengan sopan. Leena manggut-manggut mengerti walaupun ia merasa ada yang janggal karena Leena berpikir kakaknya tidak biasanya memiliki teman serapi dan sesopan orang di hadapannya sekarang. Tapi pada akhirnya dia pergi bersama orang itu.

****

Max dan Sam terus maju dan menembaki musuhnya satu-persatu dari arah atas dan depan sambil sesekali berkelahi dengan mereka. Keduanya terus maju hingga sampai di dekat dermaga tak kurang dari 10 menit. Ketika pertempuran berlangsung seru, tiba-tiba seseorang berteriak menghentikan pertempuran. Dari sebuah ruangan dekat dermaga, muncullah seseorang yang keluar sambil menarik paksa seorang wanita. Awalnya tak terlihat begitu jelas siapa wanita itu karena Max dan Sam masih berada di seberang dermaga dan wanita itu tak mau memperlihatkan wajahnya. Tapi seseorang mengangkat wajahnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas siapa sosok wanita itu. Max tertegun sejenak.

“ Apa kau mengenalnya, Max? Sungguh Dewi Fortuna sedang tidak memihak kita jika kau mengenal wanita itu “ ujar Sam berargumen mencoba memahami situasi yang ada. Max tampak tak bergerak menanggapinya. Ia terdiam sejenak entah ia mendengar apa yang dikatakan oleh Sam barusan atau tidak. Lalu tak kurang dari 1 menit, Max mulai sadar dan ia pun tiba-tiba berujar.

“ Ya, Dewi Fortuna sedang tidak memihak kita. Aku mengenal wanita itu, Sam. Maafkan aku telah mengacaukan segalanya “ Max mengucapkannya tanpa berekspresi. Datar. Lalu seseorang di seberang berujar dengan suara yang lantang sehingga Max dan Sam dapat mendengar dengan jelas.

“ Jadi kau Si Maximum itu, ya. Hahahaaha… lucu sekali namamu. Jadi apanya yang Maximum? Kau tidak terlihat gendut tapi… aku tidak tahu lagi jika kau sudah sedot lemak, Maximum. Hahahahaa…. ” Setelah lelaki bertubuh tambun itu puas tertawa meledak-ledak. Ia berceramah lagi. Kali ini raut wajah pria itu tampak serius tanpa senyum tersungging di bibirnya.

“ Apa kau datang ingin menangkapku bersama temanmu itu, Hah? Apa kau bercanda? Kau sedang berada di kandang macan, Max. Apa kau menyadari itu? “ Pria itu berbicara sambil sesekali menghisap sesuatu berasap di mulutnya. Max memang menyadari jika dirinya dan Sam tidak mungkin menangkap mereka semua hanya berdua. Tapi mereka berdua harus bisa menahan semua orang-orang itu tetap berada di tempat ini bagaimanapun caranya sampai rekan dari kepolisian datang.

“ Aku tahu dan aku tidak sebodoh itu masuk ke kandang macan begitu saja. Dasar bodoh!!  “ ujar Max mencoba menggertak dan ia berhasil membuat orang yang ditatapnya sedikit emosi.

“ Cuih,, Berani juga kau menggertakku seperti itu!! lalu apa yang akan kau lakukan di sini, hah? “ Lagi-lagi pria itu menghisap sesuatu berasap dengan tangannya yang terlihat bergetar. Tapi kemudian kali ini dia menarik wanita itu ke hadapannya lalu mendudukkannya paksa.

“ Lalu apa yang akan kau lakukan dengan wanita ini? Kau mau berlagak sok pahlawan di sini !! Coba saja kalau bisa. Sebelum kau melangkah maju aku sudah meledakkan kepala wanita ini. Hahaha… hebat bukan? “  Pria itu tertawa meledak-ledak membuat Max mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sam yang  melihatnya segera menepuk pundak Max lembut.

“ Sudah kuduga akan seperti ini jadinya. “ gumam Sam pelan. Ia mengacak-acak rambutnya ikut frustasi.

“ Baiklah. Apa maumu sebenarnya, Kitamura? “ ucap Max tiba-tiba membuat Sam terkejut dan segera menoleh ke arah rekannya.

“ Hahaha… akhirnya kau mengerti juga maksudku. Kau pasti sudah tahu kalau kami akan melakukan transaksi barang termahal sedunia. Jadi kau cukup tutup mulut atas semua yang telah kau lihat di sini lalu wanita ini akan aku bebaskan. Bagaimana, Max? “ ujar Kitamura mengajak bernegosiasi lalu menendang punggung wanita yang terikat di hadapannya hingga tersungkur.

Max  berusaha menahan amarahnya. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menatap tajam pria bernama Kitamura setajam mata elang tanpa berkedip. Jika saja dirinya tidak menahan amarahnya, dia pasti sudah melumat habis pria tambun itu dengan tangannya sendiri. Lalu Max melihat jamnya sekilas dan tiba-tiba mengangkat pistolnya yang kemudian diarahkan tepat ke kepala Kitamura yang berjarak kira-kira 5 meter di hadapannya.

“ Ap-apa yang kau lakukan, Max? “ tanya Sam berusaha untuk memahami situasinya.

“ Lihatlah jam tanganmu, Sam “ jawab Max pelan dan masih menodongkan pistolnya mantap. Sam melihat jam tangannya dan sebuah senyum terukir dari bibirnya. Kemudian Sam tiba-tiba mulai mengangkat pistolnya juga.

“ He-hey, ap-apa kau tidak mendengarkanku? Apa kau tidak peduli dengan nasib wanita ini, hah? “ Tanya Kitamura gagap ketakutan. Ia membuat anak buahnya siaga di tempat dengan senjatanya masing-masing.

Tak kurang dari 2 menit, Max mendengar derap kaki para polisi mendekat.  Lalu salah satu anak buah Kitamura yang berjaga ditempat lain berlari tergesa-gesa mendatangi Kitamura. Kitamura menoleh ke belakang dan melihat anak buahnya yang berlumuran darah lalu akhirnya terjatuh sebelum sempat memberitahu Kitamura bahwa polisi sudah mengepung mereka semua. Dengan cepat, sebuah mobil dari dermaga datang dan menabrak Leena yang akan berdiri dan berhenti di hadapan Kitamura yang lalu masuk ke dalam mobil itu cepat tanpa peduli dengan keadaan wanita bernama Leena. Melihat kejadian itu, Max dan Sam yang tak sempat menghentikan mobil  tersebut masih berlari dengan menembaki semua anak buah yang juga terus menghujani mereka dengan peluru. Max masih terus menembaki mobil itu hingga ban mobil menjadi berlubang terkena peluru dan akhirnya selip lalu terjatuh ke laut. Kitamura yang tak sempat keluar dari mobil pun ikut tenggelam bersama mobil itu. Para polisi yang berdatangan dari segala arah segera bertindak cepat dan mengevakuasi lalu menyebar untuk mencari mobil tersebut. Sam tidak ikut terjun ke laut bersama polisi lainnya tapi dia memilih mengikuti sahabatnya yang kemudian mengantarkan wanita itu ke rumah sakit. 

Sesampainya di rumah sakit, Sam menemani Max di depan kamar operasi. Ya, wanita itu terkena gegar otak dan didiagnosa oleh dokter akan mengalami amnesia agak lama jika dia tidak dibantu untuk mengembalikan kembali ingatannya. Sam menepuk pundak Max pelan berharap  dapat sedikit membantu rekannya yang sedang tertunduk lesu.

“ Namanya Leena, Leena Clinton. Dia teman sekolahku satu-satunya, Sam. Dia sangat baik padaku meskipun ia tahu kalau aku sedikit aneh di kelas. Ditambah lagi kami mempunyai banyak kesamaan. Dia tinggal sendiri di sini karena ia di suruh oleh kakeknya sedangkan aku tinggal di sini sendiri karena pekerjaanku. Hmm,, Ini pertama kalinya aku mempercayai orang lain seperti ini dan aku sendiri merasa sangat nyaman bersamanya “ Max menjelaskan panjang lebar membuat Sam memahami sedikit demi sedikit kehidupan rekannya selama ini.

“ Dan aku belum berbuat banyak untuknya, malah membuatnya seperti ini. Sial, benar-benar tidak berguna !! “ Max  menggebrak kursi di sampingnya memarahi dirinya sendiri membuat orang lain di sana menatap aneh kepadanya.

“ Sudahlah Max. Jangan menyalahkan diri terus. Ini juga tidak sepenuhnya kesalahanmu” ucap Sam berusaha bersikap bijak dan menenangkan Max.

“ Sepertinya aku tidak akan membantu Lee untuk mengembalikan ingatannya. Aku ingin dia memulai hidupnya yang baru seperti dririnya dulu sebelum mengenalku. Karena aku tidak ingin dia mengingat kejadian terburuk yang terjadi hari ini. Lalu aku akan menghilang dari kehidupannya selamanya wa-walaupun rasanya nanti akan sulit bagiku, Sam “ lanjut Max seraya menundukkan kepalanya dan menghembuskan napas panjang. Ia menahan cairan bening yang sedang menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu, dirinya sendiri pasti tidak akan pernah melupakan setiap detail kejadian terburuk yang telah mengorbankan satu-satunya orang yang paling disayangnya selama masa sekolah menengahnya ini.

“ Lalu apa yang akan kau lakukan jika ingatannya pulih, Max? “ Tanya Sam ingin tahu dan menatap rekan kerjanya.

“ Aku tidak tahu itu. Mungkin aku akan menerima apapun yang akan dia lakukan padaku nanti. Bukannya lebih baik seperti itu, Sam? “ Max meminta pendapat kepada Sam. Sam hanya tersenyum menanggapi dan masih menatap Max kasihan. Ia terdiam agak lama kemudian. Lalu mengacak-acak rambut Max dan mulai berbicara.

“ Ya. Jika aku berada di posisimu sekarang, mungkin aku pun akan berpikir sepertimu, Max. Tapi kau harus tegar dan jika kau butuh teman untuk sekedar ngobrol atau apalah aku akan siap untuk saat itu menemanimu “ jawab Sam mantap. Ya, meskipun begitu Sam tetap salut dan  kagum dengan pemikiran anak yang berbeda 7 tahun dengannya ini karena mampu bersikap lebih bijak dari anak seusianya yang lain.

****

Beberapa hari kemudian, di pagi hari yang cerah. Semua tanaman di halaman gedung agen mata-mata negeri Big Apple telah segar kembali dan kini dihiasi berbagai macam kupu-kupu yang hinggap di setiap mahkota bunga sehingga membuat halaman itu semakin indah dipandang mata. Hari ini adalah hari khusus nan spesial untuk para agen karena akan diadakan sebuah acara pemberian penghargaan khusus bagi para agen yang telah berjasa besar dalam menjalankan tugasnya, khususnya para agen yang telah berjasa untuk peristiwa penangkapan Sang Buronan Internasional bernama Kitamura beberapa hari yang lalu.

Para agen yang dipanggil di tempat khusus ini seharusnya merasa senang dan bangga atas kerja kerasnya yang tak sia-sia saja sehingga membuat anggota lainnya terpompa untuk bekerja lebih keras lagi. Tapi, tidak demikian dengan Max. Justru ia merasa secepatnya ingin mengundurkan diri dari tugasnya dan pulang ke negara asalnya, Inggris lebih tepatnya Kota London. Ia sangat rindu kepada ibu yang sudah ditinggalkannya sejak 3 tahun silam demi menuntut ilmu di negeri adikuasa itu.

Setelah Max berpamitan dengan orang-orang atasan terutama Sam, pada hari itu juga secara resmi dirinya keluar dengan terhormat sebagai bagian dari agen federal dan pergi dari gedung yang telah memberinya banyak pelajaran selama di California. Sebelum ia benar-benar pergi, Max membalikkan badannya kembali dan menatap gedung yang menjulang ke langit itu dengan seksama untuk yang terakhir kalinya. Ya, walaupun ia tentu merasa senang atas penghargaan ini, akan tetapi ia sadar kalau dirinya tidak seharusnya merasakan kebahagiaan sementara orang lain merasakan akibat buruk dari perbuatannya.

Oleh karena itu mulai hari ini dan seterusnya, Max berjanji tidak akan menggeluti pekerjaan ini atau yang sejenisnya lagi. Ia sudah cukup mengenal resiko yang akan dihadapinya nanti. Bahkan lambat laun ia menjadi semakin membenci pekerjaan yang ternyata juga telah digeluti oleh ayahnya sendiri.





Comments